Rabu, 24 Oktober 2012

Tentang Persahabatan

Sumber Gambar
Saya belum pernah membaca satupun karya Oscar Wilde, penulis dan penyair kondang asal Irlandia itu. Dua karyanya yang banyak disebut-sebut orang adalah sebuah naskah pertunjukan berjudul The Importance of Being Earnest dan sebuah novel bertajuk The Picture of Dorian Gray. Dari dua karya itu saja, penggemarnya sudah bisa menyuplik cukup banyak quotes. Salah satu yang paling saya suka – dan cocok dengan isi pikiran saya kali ini – adalah yang ini: “True friends stab you in the front.”

Saya suka quote itu. Pas untuk kritik-diri. Menurut saya, siapapun yang mengaku sebagai sahabat selayaknya mau mengatakan hal buruk – diibaratkan dengan ‘to stab’ atau menikam – tentang sahabatnya langsung ke mukanya, dari depan. Bukan sebaliknya. Bermanis-manis di depan namun mengomel, menyindir, atau menohok, atau menertawakan di belakang. Sikap yang terakhir itu tak labut dilakukan oleh orang yang mengaku sahabat. Apalagi bila ia tahu apa yang ia omelkan cepat atau lambat akan hinggap ke telinga sang sahabat.

Ketika media social semacam Facebook, Twitter, atau Google+ menjadi penghubung banyak orang, mendedahkan isi pikiran pada khalayak, termasuk menyakiti orang dengan kata-kata bisa dilakukan dengan mudah. Dulu, orang harus bicara langsung pada seseorang bila ingin menyampaikan sesuatu, minimal lewat telpon atau surat. Kini, lewat media social seseorang bisa menyampaikan apa saja pada banyak orang cuma dengan mencet-mencet keyboard pakai ujung jari. Tinggal tulis yang mau disampaikan, lalu klik, dan… simsalabim… semua orang dalam jaringan pertemanannya bisa melihat/membaca isi kepala/hatinya.

Pengguna aktif media social pasti paham akan hal itu. Bila ia menuliskan sesuatu untuk menyindir, melukai, atau menohok seseorang, lazimnya ia tahu bahwa kemungkinannya amat besar si orang itu akan membaca/melihatnya. Aneh bila pengguna media social aktif - termasuk saya sendiri - tidak mengerti ihwal sepele begini. Artinya, sebenarnya ia telah sengaja berbuat seolah-olah tidak sengaja menohok, menyindir orang dimaksud. 

Kepada sahabat biasanya orang suka membagikan isi pikiran/hatinya, tentang apa saja, termasuk hal-hal yang tidak semestinya. Biasanya orang melakukan itu karena percaya sahabatnya bisa menjaga rahasia. Atau bila terlanjur lancung si sahabat itu akan menegur langsung. Namun yang terjadi tidak selalu begitu. Ada orang memilih menyindir sahabatnya di belakang. Bila demikian, apa pula artinya persahabatan itu?

Bila hanya sekali terjadi, itu biasa. Mungkin ia hanya jengkel saja. Mungkin saking pedarnya ulah orang itu sampai si sahabat butuh ngomel di depan orang. Saya kadang kala melakukan juga.

Kedua kali terjadi, masih oke juga. Itu mungkin memang gayanya. Sebagai sahabat harus maklum dan menerima. Selayaknya disampaikan padanya, bila ada hal yang ia tak setuju agar disampaikan langsung, jangan menyindir, jangan menohok dari belakang.

Namun bila terjadi untuk ketiga kali, nah… ini perlu berpikir keras, atau bertanya-tanya: “Mengapa ia tidak berteriak langsung di depan hidung? Mengapa enggan terus terang kalau sahabatnya telah berlaku/berkata lancang atau gombal atau ngawur atau ngelantur? Mengapa masih saja menohok dengan meminjam tangan media social?”

Keempat kali… dan kesekian kali lagi? Duhai!!! Mungkin itu bukan persahabatan. Atau jangan-jangan orang yang disindir itu hanya ke-GR-an merasa dijadikan sahabat. Perasaannya bisa jadi majal, sudah berkali-kali ditohok dan ditertawakan dari belakang tidak merasa, masih berpikir bahwa ia sahabatnya. Sesekali saya curiga kalau saya masuk kategori ini.

Dari Oscar Wilde pikiran saya berpindah ke George Washington, presiden pertama negara digdaya Amerika. Salah satu quotes beliau yang saya suka adalah ini: “Be courteous to all, but intimate with few, and let those few be well tried before you give them your confidence.” Saya sepakat dan suka sekali dengan pemikiran Sang Presiden yang tempat tinggalnya di Mount Vernon, Virginia, pernah saya kunjungi itu: “Hormatilah semua orang, akrabilah sebagian orang, dan biarkan dari sebagian orang itu teruji untuk mendapatkan kepercayaanmu.” Quote ini pagan. Layak dijadikan pegangan.

Seharusnya orang tidak terburu-buru bergirang hati ketika merasa – baru merasa saja - menemukan sahabat baru. Jangan buru-buru percaya orang itu mau mendengarkan isi pikirannya, apalagi sampai memercayakan hal-hal buruk padanya. Belum tentu ia bersedia berlaku sebagai sahabat sungguhan, yang akan berteriak di depan hidung bila sahabatnya keliru. Bisa jadi ia justru menohoknya dari belakang atau mengomel tak karuan di depan semua orang seolah si sahabat tak akan dengar.

Ah. Ada lagi satu quote yang saya suka, dari Socrates, kira-kira bunyinya begini: “Be slow to fall into friendship, but when you are in, continue firm and constant.” Quote itu membawa ingatan saya pada beberapa sahabat sejati yang telah bertahun-tahun teruji saling menyayangi, namun juga sering saling memarahi - tentu dari depan, bukan dari belakang.

***


2 komentar:

-Indah- mengatakan...

Atau jangan-jangan orang yang disindir itu hanya ke-GR-an merasa dijadikan sahabat.

hmm.. kalimat ini bikin gua jadi mikir.. mungkin memang benar "persahabatan" itu sendiri belon tentu timbal balik juga, dalam artinya, kita merasa dirinya "sahabat", bisa jadi dia hanya menganggap kita sekedar "teman" biasa aja :)

“Be slow to fall into friendship, but when you are in, continue firm and constant.”

beberapa waktu lalu sempat ketemu quote ini tapi baru tau kalau ternyata itu dari Socrates.. jagalah sahabat sejati yang udah Mbak Endah punya, karena yang namanya "sahabat" itu jauuuh lebih susah dicari dibanding teman2 untuk bersenang2 :D

Endah Raharjo mengatakan...

Bisa jadi memang begitu, Indah. Saya sekarang hrs hati2 dan menjaga jarak dgn 'teman yg bukan sahabat' heheheheee... supaya tdk keliru lagi. Sy memang slow learner dlm banyak hal.
Makasih banyak udh mencermati tulisan curhat ini, Indah.

Saya tahunya juga dari baca2 aja kalo itu asalnya dr Socrates... :-)