Rabu, 28 Desember 2011

Bapakku, Bapakmu, Bapak Kita

Lulu oleh Azam Raharjo
 “Siapa coba yang nggak kenal bapakku di kampung ini?” Wajah Lulu bagai siap perang saat teman mainnya, Herman, mengejek nama sang ayah. Dua tangan kurusnya berkecak pinggang. Kaki-kakinya mengangkang. “Bapakku orang penting, tahu!” Kini mata Lulu melotot. Rambut ekor kudanya seolah ikut menegang.

“Salah sendiri… punya nama kayak gitu…”

“Beraninya cuma sama anak perempuan!” sungutnya, memandang anak lelaki berkaus sewarna bunga sepatu itu. “Lihat kausmu itu. Kemayu!” Lulu menekan kata ‘kemayu’ kuat-kuat. Anak lelaki pasti marah kalau dibilang kemayu.

“Lulu…” Dari jendela di belakang punggung Lulu terdengar suara perempuan dewasa yang menyiram sejuk tengkuknya. Suara Yu Mugir.

“Salah sendiri! Dari tadi ngeledekin Bapak. Jauhari… jauhari… jauh di mata dekat di hari…!” Gadis 10 tahun itu mencibirkan bibir menirukan ejekan Herman.

“Aku kan udah minta maaf!” protes Herman.

“Halah! Kemarin juga udah minta maaf. Nyatanya diulangi lagi! Semprul!”

“Lulu…” Yu Mugir kini tidak hanya mengeluarkan suara, kepalanya ikut menyembul dari jendela. Perempuan itu meletakkan selembar seprei biru langit yang hendak ia pasang di kasur Mimi, adik Lulu. “Jangan begitu. Ndak baik misuh-misuh, Nanti didukani Ibu…”

Meskipun wajah Lulu berkerut, ia menurut. Hatinya meleleh oleh kata-kata Yu Mugir yang tak pernah bosan mengingatkan bila momongannya itu berucap sembarangan. Berangsur-angsur cemberut di wajah Lulu menghilang, digantikan senyum tertahan.

“Maaf, ya, Lu…” Herman mengangsurkan tangan kanannya, jempol dan tiga jarinya tergenggam menyisakan kelingkingnya. Pertanda ia ingin berbaikan dengan sahabatnya. “Kamu boleh kok ganti ngenyek bapakku,” ujar anak lelaki 11 tahun itu malu-malu. Nama ayah Herman lebih sering dipakai sebagai bahan olok-olok oleh teman-temannya karena tak sebagus nama bapak Lulu …


Ikuti lanjutan ceritanya di bulan Januari…

11 komentar:

kupu kupu senja mengatakan...

menarik mbak :D

Gratcia mengatakan...

Hohoho.... *kibas-kibas poni* Pengen tauuu nama papa-nya Herman siapa yaaaa....

surya mengatakan...

menarik. Di sekitar rumah saya masih ada juga model olok2 yang menyebut2 bapak2 mereka. Saya selalu mendengarkan ucapan2 mereka dari balik jendela rumah. he he he

yulistya dey mengatakan...

Bahasanya enak dibaca. Herman lucu jg kayaknya, saking pingin dimaafkan, jadi menawarkan nama ayahnya untuk diolok juga biar seri. :)

Idea mengatakan...

Lulu galak ya :D.. maju terus Luuuu

Sari Novita mengatakan...

hahha Gambaran Lulu yg tomboy..suka tuh aku..

Endah Raharjo mengatakan...

Waaah... ternyata banyak tamu. Maaf telat nemuin, ya. @kupu kupu senja: makasih lho :)
@g: memangnya punya poni wuahahahahaaa? namanya rahasia... pokoknya orang plenthing... eh... penting... :)))
@surya: iya, di kampung saya juga masih sering terjadi. ini potret kisah masa kecil saya, abad lalu...

@dhitzunako: itu si Herman naksir berat sama Lulu... nanti ada kisah mereka juga...

@idea + Chalinop: naaaahhh... si Lulu itu kayaknya modelnya gak jauh2 sama yang nulis cerita... **celingukan: siapa ya??**

Aryadevi mengatakan...

jadi ingat masa SMP, ramai tuh nama bapak dijadikan bahan ledekan....
...masing2 anak berusaha menyembunyikan nama ortunya....

Wesya Wimala mengatakan...

siap menyimak... :D

Endah Raharjo mengatakan...

Hahahahahahaaa... ternyata Aryadevi punya sejarah yg sama... :-)

@Gusti Ramli: makasih lhooo...

-Indah- mengatakan...

Ditunggu lanjutannyaa, Mbak Endaahh :D