Senin, 30 Desember 2013

The Hunt: Kebohongan Kecil yang Menghancurkan

Film Denmark yang dibintangi pemeran serial Hannibal, Mads Mikkelsen, ini awalnya saya sangka film action-thriller. Karena judulnya itu: The Hunt.

Saya salah.

Setting film ini mengingatkan saya akan Halifax, sebuah kota di pantai timur Kanada tempat saya dan keluarga pernah tinggal selama 2 tahun: nyenyat, dingin, lindap, penduduknya sedikit, dan permukaan tanahnya selalu dipenuhi rontokan daun. Namun tempat berlangsungnya kisah bukan kota, semacam desa yang penduduknya saling kenal dan rukun.

Mads Mikkelsen yang menurut saya seksi dan misterius itu memerankan Lucas, duda cerai yang bekerja sebagai guru taman kanak-kanak. Ia memiliki seorang anak lelaki bernama Marcus yang tinggal bersama mantan istrinya.

Lucas hidup seorang diri di sebuah rumah mungil dan ditemani seekor anjing betina tua bernama Fanny. Lucas disayangi murid-muridnya dan sangat piawai menangani mereka. Selain bermain bersama anak-anak, tugasnya termasuk membantu cebok selepas buang air besar. Di antara muridnya ada gadis lucu berwajah sedih bernama Klara. Sejak pertama Klara diperlihatkan murung. Ia ditemukan Lucas ‘hilang’ di depan sebuah toko swalayan. Ia mengaku tidak bisa menemukan jalan pulang. Lucas yang ditemani Fanny mengantarnya pulang. Di jalan Klara meminta ijin untuk sesekali mengajak Fanny jalan-jalan. Lucas menyambut senang.

Sesampai di rumah ayah Klara berkomentar kalau anak bungsunya itu memang sering keluyuran sendiri tanpa pamit.

Klara punya seorang kakak remaja yang sedang getol-getolnya mengunduh foto-foto porno dengan tabletnya. Suatu kali ia menunjukkan foto alat kelamin laki-laki yang sedang ereksi dan ejakulasi. Remaja itu bilang, “Lihat, nih. Mencuat sekeras besi….!” Sambil cekakakan bersama sobatnya. Klara tampak terguncang.

Gadis kecil nan pemurung itu sangat menyukai Lucas. Mungkin karena gurunya itu sahabat baik ayahnya sejak kecil dan sangat sayang padanya pula. Suatu hari Lucas dan murid-murid lelakinya bercanda ria, mereka bergulingan. Klara memandang mereka dan sangat ingin bergabung. Tiba-tiba si kecil yang jarang tersenyum itu menubruk Lucas dan mencium bibir gurunya itu sekilas. Sebelum kejadian itu, Klara membungkus hadiah – sebuah mainan warna pelangi berbentuk hati - untuk seseorang. Rupanya hadiah itu untuk sang guru tersayang. Dengan lembut Lucas mengembalikan hadiah itu dan wanti-wanti agar Klara tidak mencium bibir siapapun sebab ciuman semacam itu hanya pantas diberikan untuk ayah dan ibunya.

Klara kecewa. Ia gundah. Ia marah.

Sorenya, ibunya terlambat menjemput Klara. Saat disapa kepala sekolahnya, Grethe, Klara berbohong tentang Lucas. Bagi Grethe kebohongan itu terdengar nyata sebab Klara bisa menggambarkan 'burung Lucas yang mencuat sekeras besi....'

Kebohongan kecil itu berbuah petaka bagi Lucas.

Lelaki yang hidup sederhana dan menyayangi anak-anak itu tiba-tiba dianggap monster oleh para tetangganya. Ia dibenci. Ia dijauhi. Sebegitu marah mereka hingga Marcus - yang mengunjungi ayahnya sembunyi-sembunyi karena dilarang ibunya - dan si anjing Fanny menerima hukuman pula.

Salah satu keluarga tetap percaya bahwa Lucas bukanlah orang jahat peleceh bocah seperti yang dituduhkan. Dalam sebuah perbincangan teman yang kaya itu mengatakan, “It’s always assumed that children tell the truth….

Meskipun kemudian polisi membebaskan Lucas dari tuduhan akibat tidak cukup bukti dan Klara berusaha menjelaskan bahwa Lucas tidak melakukan apapun dan ia hanya berbohong, namun vonis ‘peleceh anak’ terlanjur dijatuhkan oleh masyarakat.

Akting Mads Mikkelsen elok. Sepanjang film ini ia sukses merupa binatang jinak yang disudutkan dan tak melihat jalan keluar. Saya menangis melihat Lukas, Marcus, dan Fanny menderita. Saya sedih melihat Klara yang begitu lugu dan sama sekali tak memahami akibat kebohongannya. Saya ikut sakit melihat orang-orang di sekeliling Lucas tiba-tiba menjauhinya.

Film ini berhasil menggambarkan bagaimana sebuah dusta kecil – apalagi dilakukan oleh anak-anak – mampu memecah-belah masyarakat. Bagaimana kebencian menabiri kebenaran. Bagaimana gossip menenggelamkan kebaikan. Sebuah gambar yang acap saya lihat muncul di masyarakat kita. Apapun perkaranya dan siapapun pelakunya. Betapa manusia itu lemah namun pongah. Bila ia sudah percaya sesuatu – meskipun salah – mata jadi buta dan telinga berubah tuli. Pun rasa pelan-pelan mati…. Hilang cinta yang dibangun oleh Lucas dan ayah Klara selama puluhan tahun, dicuri oleh curiga dan dikuasai amarah.

Klara bagi saya adalah simbol kepolosan dan kemurnian. Di dunia fana ini tak ada satupun yang murni mutlak. Bahkan gadis kecilpun bisa berbohong bila ia dirundung kecewa.

Film ini membuat saya ingin lebih berhati-hati bicara dan terutama berpikir berkali-kali sebelum bereaksi terhadap b/cerita. Semoga saya mampu menjalankannya, bukan berhenti pada ‘ingin’ belaka.

***

Catatan: satu menit sebelum film berakhir saya baru paham film ini dijuduli 'The Hunt'.

Tidak ada komentar: