Pohon di Wat Chedi Luang - Chiang Mai. Foto: Endah Raharjo |
Para bapak berkilah bahwa dengan menebang pohon-pohon yang tumbuh di pinggir jalan di dalam kampung itu, panitia bisa menghemat dana sekitar dua juta rupiah karena tidak harus membeli kayu bakar untuk menggodog aspal.
Si ibu makin menentang kalau sebagian pohon yang telah belasan tahun tumbuh di kampungnya hanya dihargai semurah itu, sementara tanaman kecil dalam pot saja harganya ratusan ribu rupiah. Apalagi pohon yang tumbuh di depan rumahnya itu punya banyak kisah. Paling tidak di pohon kiara payung itu, yang lebih dikenal orang dengan nama filicium, ada sepasang burung hantu yang telah lama bersarang di salah satu cabangnya yang kuat, di antara rimbunnya dedaun. Di batangnya yang kokoh juga tertera nama anak tunggalnya beserta gangnya yang mereka ukir ketika masih di taman kanak-kanak. Bentuk pohonnya juga cekli karena secara berkala cabang-cabangnya dipangkas agar tidak tumbuh menjulang terlalu tinggi.
Ya. Sebagaimana ribuan makhluk lain yang hidup di muka bumi, setiap batang pohon pasti punya kisah. Mungkin saja ia berawal dari biji yang terbawa oleh angin atau serangga atau burung ke tempat tertentu dan tumbuh di tempat itu, menjadi besar, rindang dan meneduhi.
Penanda
Manfaat ekonomi pohon tidak perlu dipertanyakan lagi. Pun pohon punya nilai sosial budaya. Ia bisa menjadi penanda tempat, peristiwa dan saksi sejarah.
Pohon kelapa, misalnya, sangat lekat dengan negeri kita hingga banyak nyanyian mengumandangkannya sebagai negeri nyiur melambai. Janurnya, atau daun-daunnya yang masih muda, dapat dirangkai indah untuk menandai kesucian ijab-kabul sepasang pengantin.
Kota Penang, di Malaysia, diberi nama demikian karena banyaknya pohon pinang yang tumbuh subur dan menjadi salah satu gantungan hidup penduduknya. Orang Kanada bahkan mengabadikan daun pohon maple ke dalam bendera negara mereka. Bila berkunjung ke Kanada, kemana saja mata mengarah pasti akan bertemu dengan pohon yang bentuk daunnya sangat khas dan mudah dikenali ini. Pohon ini getahnya dibuat sebagai bahan dasar sirup maple, yang sungguh lezat bila dinikmati dengan waffle, panekuk, sereal atau French toast.
Ketika orang berbicara tentang Jepang, selain teknologinya yang ampuh mendunia, sakura tetap tak pernah terlewatkan. Pohon yang bunganya nan jelita menghiasi hampir setiap cinderamata yang dijual di sana itu juga dikenal dengan nama Cherry Blossom. Mekarnya bunga ini menandai datangnya musim semi. Sedemikian tinggi nilai pohon ini bagi rakyat Jepang sehingga pada 1912 pemerintah Jepang menghadiahkannya pada pemerintah Amerika Serikat sebagai penanda persahabatan. Tidak main-main, pemerintah Amerika menempatkan pohon berbunga cantik ini di sekitar Tidal Basin, di dalam komplek Taman Nasional di Washington, DC.
Sumber Kehidupan
Siapa tak kenal film Avatar, salah satu film nominator untuk piala Oscar 2009 itu berkisah tentang pentingnya nilai sebatang pohon bagi kehidupan semua makhluk yang hidup di Pandora. Paling tidak dalam film itu dikisahkan tentang 3 pohon, yakni Hometree, Tree of Voices dan Tree of Souls.
Kemudian Laskar Pelangi. Novel yang telah diangkat ke layar lebar ini mengisahkan 10 anak dari keluarga tak mampu yang bersekolah di SD dan SMP Muhammadiyah di Belitong. Markas mereka adalah sebuah pohon kiara payung, atau filicium. Walaupun bukan pohon itu yang kemudian membawa wisatawan mengunjungi Belitong, paling tidak anak-anak jadi lebih mengenalnya karena hampir setiap liputan seputar kisah 10 bocah itu nama pohon filicium disebut-sebut.
Mitos
Lihatlah pohon beringin yang sulit dipisahkan dari kisah Keraton Jogja. Pohon yang batangnya kuat perkasa, buahnya kecil, dedaunnya sangat rimbun dan akarnya mampu menyimpan banyak air. Orang yang datang ke Jogja pasti tahu ringin kurung. Pohon beringin yang ditanam di tengah-tengah alun-alun utara dan alun-alun selatan ini punya banyak kisah.
Wisatawan pun suka meluangkan waktu untuk mencoba melakukan masangin di alun-alun selatan, yaitu berjalan dengan mata tertutup memasuki ruang di antara dua pohon beringin. Konon, bila berhasil melakukannya maka orang itu akan mendapat keberuntungan dalam hidupnya. Tidak percaya? Thukul, sang host sebuah talk show televisi yang mengklaim dirinya fenomenal pernah mencobanya. Dan dia berhasil masuk dengan sempurna!
Sebatang pohon yang besar dan rindang merupakan habitat bagi banyak makhluk lain. Di dalam tanah yang berdekatan dengan akar paling tidak ada tiga macam komunitas yang tergantung padanya seperti semut, uret, dan cacing. Di batang pohon dan cabang-rantingnya ada lumut, jamur, aneka jasad renik, semut berbagai jenis, ulat, burung, laba-laba dan serangga lainnya.
Hilangnya sebatang pohon berarti hilangnya habitat bagi banyak makhluk hidup lainnya. Masihkah kita akan terus menebangi dan mengakhiri kisah mereka?
***
5 komentar:
Menarik dan inspiratif...
mari tanam dan menjaga pohon-pohon demi kelangsungan hidup kita juga...
heummmm..sejuk baca ini,renungan pagi yang indah mbk,pohon itu segalanya aplge bagi bumi kita.... :)
tanggal 22 april,selamat hari bumi ^_^
salam hangat,zwan
Mas Odi dan Hanna, seneng nih Senin pagi kedatangan tamu2 istimewa di blog saya. Memang ini hari yg istimewa, ya, Hari Bumi.
Salam dari lereng Merapi :-)
benar sekali mbak endah tulisannya mbak... di gresik, sekarang sulit temukan pohon yang lebat daunnya atau yang tinggi besar dan meneduhkan. banyak yang sudah tergantikan dengan pabrik atau perumahan. kalau siang, mata jadi semakin silau dengan sinar matahari...
Duh. Sayang banget kalo gitu, ya. Mungkin Miss Rochma bisa mulai nanam di halaman rumah sendiri, dan lewat murid2 di sekolah, mengajak anak2 nanam pohon, apa aja, kecil dlm pot juga gakpapa, 1 anak 1 pohon :-)
Makasih Miss Rochma rajin bertandang ke sini. Salam pohon.
Posting Komentar