Desain oleh Azam Raharjo |
Sudah lama sekali... saking lamanya sampai lupa... saya ingin bisa menulis cerita – fiksi – dan ingin sekali ada yang mau membacanya. Baru sekitar 3 tahun ini, sejak 2009, saya benar-benar berkesempatan menulis cerita – mengarang – yang hasilnya tidak hanya saya tlesepkan di bawah kasur atau sumpelkan laci, tapi saya tayangkan di tempat umum agar dibaca orang. Senang bukan kepalang saat tahu ada yang membaca, apalagi ketika ada yang mengapresiasinya; memuji atau sekedar berkomentar pendek sama-sama bernilai. Cerpen pertama yang – berani – saya publikasikan ada di sini; judulnya Darsinem. Di laman itu tertanggal 1 Februari 2009, lebih 3 tahun lalu.
Sejak itu, keberanian saya tumbuh pelan-pelan. Saya jadi lebih sering menjelajah negeri fiksi, mempelajari topografinya, pepohonnya, cuacanya... agar cerita yang saya hasilkan lebih bervariasi dan – maunya – meningkat kualitasnya.
Dalam perjalanan di negeri fiksi ini, saya bertemu banyak orang dengan minat sama. Tujuh di antara mereka akhirnya menjadi semacam ‘belahan jiwa’ yang tak henti-henti memompa semangat, menyuplai inspirasi, memicu keberanian, bahkan meledakkan kenekatan. Mereka ini punya nama: Winda Krisnadefa, Sari Novita, Ria Tumimomor, Meliana Indie, Indah Wd, Gratcia Siahaya dan Deasy Maria. Kami lalu membuat blog bersama, menyelenggarakan berbagai acara, dan melahirkan 3 kumpulan cerita. Mau tahu apa aja? Coba melirik sedikit ke kanan... naaah... ketiganya siap dibeli, tinggal klak-klik aja...
Di antara ketujuh sahabat itu, Winda Krisnadefa sampai saat ini menjadi jawaranya. Ia rajin sekali mengirimkan karyanya ke berbagai lomba, cerpen-cerpennya juga telah dibukukan dalam beberapa antologi keroyokan, entah sudah berapa jumlahnya. Novel pertamanya yang bertajuk Blackbook, yang awalnya dijual online, kabarnya kini telah nangkring di toko-toko buku di beberapa kota. Kemudian menyusul Ria Tumimomor, yang dengan gagah perkasa melahirkan – untuk melahirkan itu butuh keberanian, lho – sebuah buku juga; judulnya Cuplikan Kisah Si Jomblo. Sedikit ulasan tentang buku karya Ria itu ada di sini.
Kini, tiba giliran saya. Dengan susah payah, setelah sempat ditayangkan sebagai cerita bersambung sebanyak 22 episode di blog ini, kisah Laras dan Osken itu akhirnya selesai juga saya rangkum menjadi novel.
Tulisan ini dbuat sebagai semacam ucapan terima kasih, atau bisa juga dibilang pelukan maya, untuk 7 sahabat saya itu. Tanpa mereka, hari ini, saya sebutkan lagi: Senin, 4 Juni 2012, mungkin saya tidak akan merasa seberuntung ini.
Selamat datang Senja di Chao Phraya, bayi mungilku setebal 330 halaman.
***
3 komentar:
Selamat ya Mbak.. ikut berbahagia dengan "kelahiran" si bayi ...#eksaiti banget.. Semoga nular ke aku hihihi
Ditunggu bayi2 berikutnya ya Mbak :)
Makasih, @Deasy dan Ria. Jangan bosen jadi temen nulis saya :-)
Posting Komentar