Menurut saya, menulis serupa itu.
Sebelum menulis, seorang penulis - professional maupun amatir*) - akan menyiapkan menu utama: sebuah topik atau pokok pikiran yang akan disajikan. Lalu ia akan mengumpulkan bahan-bahan menulis: data serta informasi yang bisa berwujud angka, gambar, video atau tulisan lain, atau bisa jadi sesuatu yang ada dalam ingatan, atau hal-hal yang dilihat dan didengar; dirasakan atau dialami.
Semua informasi itu lalu dikupas, diiris panjang atau pendek, dirajang kecil atau besar. Sebagian ada yang ditakar, sedikit atau banyak, berat atau ringan. Baru setelah itu diolah, satu persatu dimasukkan ke dalam kerangka tulisan, ibarat memasukkan tahu-tempe ke dalam wajan. Dibumbui sedikit ilustrasi, humor, atau sesuatu yang manis, bila perlu ungkapan kecut dan pedas atau agak getir. Apapun menunya, bila bumbu dan bahannya pas biasanya akan lezat jadinya.
Setelah siap, lalu disajikan.
Bila ada dua atau tiga pembaca saja yang menyukai tulisan kita, itu setara dengan anak atau kakak-adik atau suami-istri atau orang tua yang menyantap tandas masakan kita. Lebih-lebih bila ada teman-teman yang ikut menikmatinya juga! Layak dibanggakan, pasti membuat senang – seharusnya – akan mendorong si penulis kembali menyiapkan hidangan lain untuk disuguhkan.
***
*) amatir: tidak merujuk pada kualitas tulisan, tapi pada tujuan menulis yang bukan untuk memperoleh uang, tidak dibayar, sekedar hobi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar