Rabu, 07 Maret 2012

Jendela Jendela

Aku membuka jendela

Siapa belum pernah melihat Jendela? Ia ada dimana-mana. Begitu dekatnya. Lubang-lubang pada dinding, atap rumah, gedung sekolah, warung kopi, hotel, kantor, juga di mobil, kereta, bis kota dan  pesawat terbang pun punya.

Pabrik Coklat Cadbury - New Zealand. Foto: Wing Raharjo


Setiap pagi, kala Sang Bumi menggeliat bangun dari tidurnya, kita membuka Jendela. Menyambutnya. Sepotong hari baru, pemberian Tuhan pada makhlukNya. Bila malam turun membawa pergi Sang Mentari dari lengkung langit, kita tutup Si Jendela agar gelap tak menyelinap memasuki rumah.


Rumah di perbatasan Thailand-Myanmar. Foto: Endah Raharjo


Mengapa kita perlu Jendela? Kita butuh memasukkan dan mengeluarkan udara. Juga perlu cahaya penerang semua kegiatan kita. Supaya aman, kita tak ingin lubang-lubang itu menganga begitu saja, lalu kita buat Daun Jendela agar setiap saat kita bisa menutupnya.

Rumah di Bonn-Jerman. Foto: Endah Raharjo


Sebagian besar dari kita tidak hanya ingin aman saja. Kita mau Jendela tampil cantik juga, maka kita hiaslah Si Daun Jendela. Aneka bentuk, berbagai warna, bermacam ragam bahannya. Bukan hanya baju, sepatu, tata rambut dan wajah kita saja yang berbeda-beda. Si Jendela juga tak ingin tampil sama supaya rumah kita tak serupa rumah tetangga.

Gedung di Frankfurt-Jerman. Foto: Endah Raharjo


Jendela ada dimana-mana namun kita jarang menyadari kehadirannya. Padahal setiap Jendela punya makna dan ia menyimpan jutaan cerita. Menjadi saksi kisah manusia.

***

2 komentar:

Ayu Welirang mengatakan...

saya suka foto jendela yang berjejer itu. hmm, foto kedua itu Mbak. :D keren.

Endah Raharjo mengatakan...

Mbak Ayu, makasih ya. Itu foto pabrik coklat cadbury di New Zealand. Yg motret suami saya. Dia memang cukup ahli hihihihihiii... muji suami sendiri :))