Senin, 21 Oktober 2013

Tante Paling Laris

Para tante cantik jelita gagah perkasa
Cerpenku yang berjudul Tante Wari ini selalu jadi postingan paling populer. Sesekali saja, sehabis mengunggah tulisan baru, ia bergeser ke bawah. Tapi tidak lama. Seminggu kemudian – atau kadang lebih – ketika tidak ada lagi yang membaca tulisan terbaru, si Tante Wari akan naik lagi.

Awalnya aku tidak memerhatikan, sebab blog ini bukan etalase, tapi semacam laci. Untuk menyimpan pernak-pernik yang kusuka tapi sudah jarang atau tidak kupakai lagi. Atau, kalau mau sok eksis di dunia maya – yang justru sering lebih heboh dari dunia nyata – blog ini pertanda aku pernah hidup di dalamnya. Moga-moga saja cucuku – aaaaauuuwww … udah pingin punya cucu kayaknya, disebut-sebut melulu – tidak malu kalau menemukan jejak neneknya ini.

Balik ke obrolan Tante Wari, kok jadi melenceng ngomongin cucu. Nah! Suatu hari ada seorang pembaca setia blog ini (aku 100% kagum dan salut pada pembaca baik hati itu. Selain berterima kasih, pastinya. Sungguh ingin banget menyebut namanya di sini!) mengirim pesan pribadi lewat Facebook. Dia bercanda soal si Tante itu. Duh.

Aku jadi mengamati perilaku Tante Wari ini. Setelah sekian hari – ngamatinya tidak terus-terusan berhari-hari, sekali-kali aja kalau pas lega – kutemukan jawabnya. Rupanya, cerpen itu sering muncul di search engine bila ada orang memasukkan keyword ‘tante’ dan berbagai keyword yang mengandung bumbu tante.

Lalu kucoba sendiri. Voila! Padahal munculnya tidak di halaman pertama, ia nyelip entah di lembar ke berapa. Tapi masih ketahuan juga. Dan aku tidak memberi label ‘tante’ di cerpen itu. Jadi, kira-kira ini berkat judulnya.

Suatu sore yang penuh aroma iseng, aku tergelitik untuk menulis cerpen biru (ada nggak istilah kayak gitu?). Cerpen yang isinya anu dan judulnya berlendir. Penasaran. Ingin membuktikan apakah cerpen itu bisa menggeser posisi Tante Wari.

Tapi aku ragu-ragu.

Kok ragu-ragu?

Menulis, pada tingkat tertentu, bagaikan mengenakan baju. Ini analogi versiku sendiri. Terlalu banyak memakai baju tertentu, orang di sekitarku akan mengidentikkan diriku dengan baju yang kupakai itu. Sebab baju adalah salah satu penentu identitas, ia bukan sekedar selembar kain penutup tubuh, juga pembawa pesan. Lho… kok jadi membahas baju! Kira-kira itu. Penulis cerpen disebut cerpenis. Kalau banyak menulis cerpen genre tertentu, fantasi misalnya, penulisnya akan dikenal sebagai penulis cerpen fantasi. Dan seterusnya.

Tapi, kalau ada yang ingin mencoba, asyik juga. Ada yang mau? Tulislah topik panas, jangan lupa labelnya juga, dan lihat sendiri apa yang terjadi …. Mungkin blogmu akan lariiiiiiis sekali!


***

Tidak ada komentar: